Kamis, 17 Februari 2011

Hari pertama kumenjadi Ce'gu..^_^,


Dag..dig..duuug....!!
Jantungku berdegup kencang ketika akan memasuki kawasan SD Negeri Jampang Pondok Udik, sekolah yang saya tempati magang selama tiga bulan kedepannya. Nerveous..bercampur sedikt khawatir menjadi satu. Tetapi ada sejuta senang yang terkira yang membuat diriku sanggup meredam dag..dig..dug tadi.

Ibu Guru Titin...
Senang sekali rasanya dipanggil seperti itu..

Disambut hangat oleh Ibu Kepala Sekolah "Ely Rohimah, S,Pd, M.M" dan guru pamong Bapak " Sadang, S.Pd" adalah hal pertama yang kudapatkan di sekolah yang letaknya berseblahan dengan Markas Besar Ahmadiyah (yang dulu beritanya heboh sekali di tipi, hemm...ini toh tempatnya..!).

Perjuanganku menjadi pendidik generasi bangsa saya mulai dengan mengajar di kelas 6. Saat itu Pak Sadang meminta saya untuk mengajar Matematika di kelasnya. Bingung pun melanda...jujur, saya punya masalah dengan sesuatu yang berbau "numerikal" (hmmfhh...payah juga yah..!).

Alhamdulillah, kelas 6 saat itu berhasil saya kuasai dengan teknik2 clasroom management yang telah diajarkan oleh Trainer Makmal Pendidikan LPI Dompet Dhuafa. Saya memulai kelas dengan memperkenalkan diri dengan metode bernyanyi. liriknya seperti ini:

" Saya adalah Bu Guru Titin, berasal dari Kota Makassar..
Setiap hari pergi sekolah untuk emngajar anakku semua.."

(liriknya dinyanyikan dengan lagu Aku adalah anak gembala..)

Suasana kelas pada saat itu riuh..mungkin siswa-siswa heran..keget..n bingung..nih guru, ujuk-ujuk datang..masuk kelas, langsung nyanyi..!!Hehehe...Bu Gulu Tien memang aneh, anak-anakku..(maklum saja yah^_^,).

Kemudian perjalanan mengajar pertama saya dilanjutkan dengan berkenalan dengan siswa satu per satu (mereka juga bernyanyi,yang dilanjutkan menyebut nama;tetala;umur;hobby;cita-cita;dan pengalaman lucunya). Semua siswa tampak antusias...
Hmffhh...Alhamdulillah Yaa Rabb, saya bisa melalui hari ini...

Setelah mengajar, saya melepaskan sedikit lelah di ruangan Kepsek. Saat itu, Ibu meminta saya untuk mengeditkan file KKM yang telah beliau susun. Katanya untuk digunakan oleh guru-guru di awal semester tahun depan. "Hmmm...Kepsek yang rajin" pikirku.

Hari pertama juga kulalui dengan mendiskusikan mengenai jadwal mengajar dengan Guru Pamong. Alhamdulillah, setiap harinya dapat 2 kelas yang berbeda (SEMANGAT Bu' Gulu...!!)

Peraturan Pemerintah yang terbaru menetapkan bahwa guru-guru pulang dari sekolah pada pukul 15.00. SDN Jampang Pondok Udik sendiri menetapkan jam pulangnya pada pukul 14.00 bagi guru dan pukul 12.00 untuk siswa kelas 1-5. Sedangkan siswa kelas 6 pulang pada pukul 13.00 atau 14.00. Waah...tantangan baru untukku,bertahan di sekolah sampai semua guru-guru pulang..!

Hmm, hari yang indah dan penuh berkah, Alhamdulillah....
Semuanya bisa kulalui karena Ridho-Mu Yaa Rabb..

Jaga semangatku ini..bimbing terus hati,fikiran,amal,dan lisan ini...
Semoga saya senantiasa bisa menorehkan segudang manfaat di
SDN Jampang Pondok Udik,Kemang Bogor...

"Beranda Paviliun 4 SGEI"

Guru Pemimpin...


Beranda paviliun 4 SGEI


Saya ingin bercerita tentang leadership games yang sering diberikan oleh Agung Pardini, trainer Makmal di LPI Dompet Dhuafa. Kami diinstruksikan untuk memilih salah satu atau beberapa orang teman-teman dari siswa SGEI II untuk dijadikan pemimpin berdasarkan kriteria yang telah ditentukan oleh trainer. Sepintas terlihat permainan ini begitu mudah, tugas kami hanyalah mencatat nama dari teman-teman kami sendiri. Suatu ketika kami diminta untuk memilih seseorang untuk dijadikan ketua dalam sebuah tim. Pernah juga dalam satu tim, trainer memerintahkan untuk melepaskan dua anggota tim untuk ditukarkan dengan satu orang anggota tim lainnya yang kami anggap kuat untuk bergabung bersama kelompok kami. Sungguh berat rasanya untuk menuliskan nama-nama tersebut. Ternyata, ada proses berpikir yang jauh lebih serius untuk menentukan nama.

Proses pengambilan keputusan (decision making) dalam memilih dan melepaskan anggota tim pada permainan dapat memberi gambaran bagaimana seseorang dapat mengambil keputusan dalam waktu yang singkat. Proses tersebut merupakan salah satu kompetensi yang sangat penting untuk dimiliki oleh seorang pemimpin, tidak terkecuali guru. Permainan ini juga bisa memberikan gambaran kepada kami tentang siswa-siswa SGEI yang dianggap mampu menjadi pemimpin. Ada beberapa orang yang namanya selalu dipilih oleh siswa lain untuk menjadi pemimpin mereka. Sebaliknya, ada pula siswa yang namanya tidak pernah disebutkan dalam bursa pencalonan pemimpin tim. Permainan ini bisa mengajak para pemainnya untuk merefleksikan diri, bagaimana implementasi jiwa kepemimpinan yang ada di dalam dirinya. Terkadang seseorang bingung menentukan sikap atau keputusan dalam waktu cepat, sehingga factor ketersediaan waktu sangat mempengaruhi pengambilan keputusan. Anda sebagai guru, sudah siapkah anda untuk menjadi pemimpin..?

Something about Tien Asmara..


Andi Tien Asmara Palintan, adalah putri pertama buah cinta dari pasangan Drs. Palemmui, MM dan Andi Intang, S.Pd. Sulung dari lima bersaudara ini lahir di Kota Parepare, 01 Desember 1987. Menyelesaikan pendidikan di SD Negeri 35 Parepare pada tahun 1999, SLTP Negeri 1 Parepare tahun 2002, SMA Negeri 1 Parepare tahun 2005, dan menjadi alumni Fakultas Psikologi Universitas Negeri Makassar tahun 2010. Sewaktu kuliah, perempuan bermata bulat ini pernah menjadi Juara I Lomba Karya Tulis Ilmiah (KTI) Bidang Pendidikan di Universitas Negeri Makassar tahun 2008. Selain itu, juga pernah menjadi finalis Lomba Karya Tulis Ilmiah (KTI) Bidang Pendidikan tingkat wilayah Indonesia Timur (wilayah D). Titin, sapaan perempuan ini sangat menyukai travelling, training, organisasi, membaca, dan kuliner.

Dibesarkan oleh kedua orang tua yang berprofesi sebagai guru memberikan motivasi yang begitu besar untuk mendedikasikan hidup kedalam dunia pendidikan Indonesia. Ia menyaksikan seorang dokter mengobati pasiennya, polisi dengan tulus mengatur lalu lintas di jalanan, pilot menerbangkan pesawat, bagaimana seorang Presiden memimpin Negara, dan berbagai profesi lainnya. Semuanya membuat Titin tersadar, bahwa mereka semua bisa melakukan kerja-kerja hebat itu karena bimbingan seorang guru. Hal tersebut yang membulatkan tekad Titin untuk menjadi seorang guru, figure yang akan mendidik dan mencerdaskan anak bangsa.

Siswa SGEI angkatan II ini berharap mampu memberi kontribusi yang besar dalam dunia pendidikan terkhusus bidang Psikologi Pendidikan. Salah satu impiannya adalah melihat anak Indonesia mempunyai karakter taqwa, jujur, berintelektual, cerdas, dan berakhlak baik. Sehingga para penerus bangsa tersebut mampu membawa Indonesia menjadi bangsa yang mulia dan bermartabat di hadapan Tuhan dan bangsa lain. Allahu Akbar..!!

Testimony untuk SGEI: Teruslah maju..menjadikan guru-guru Indonesia CERDAS dan INSPIRATIF. Karena dari guru lah, peradaban Indonesia akan berkembang..! Terima kasih telah membangunkan diriku dari tidur lelap..!!(kondisi pendidikan bangsa kita..).

Siswa belajar apa sih….??

Siswa belajar apa sih….??

A.Tien Asmara Palintan

Universitas Negeri Makassar

Sekolah Guru Ekslensia Angkatan II

Hari ini terasa special bagiku, hmm..mungkin karena materi perkuliahan sudah mulai membahas masalah “Personality” (Yaah, kata yang sudah tidak asing lagi ditelingaku sebagai seorang Sarjana Psikologi). Materi kuliah hari ini di Sekolah Guru Ekselensia Indonesia (SGEI) adalah Public Speaking. Dan yang membuatnya lebih special lagi adalah materi tersebut dibawakan oleh seorang narasumber yang wajahnya hanya bisa kuliat dan kagumi kehebatannya melalui layar televisi. Semoga saja anda kenal dengan sosok Alfito Deannova, one of main anchor for tvOne news program.

Lalu apa yang menarik dengan sosok Alfito?Hehe..sebenarnya saya bukan mau bercerita tentang sosok Dia yang memang begitu berkompeten dibidangnya. Kali ini saya akan berbagi mengenai sebuah statement Alfito ditengah-tengah perkuliahan kami. Beliau sempat bercerita mengenai pengalaman SMA nya yang memilih jurusan Fisika tetapi sebenarnya tidak menyukai pelajaran tersebut. Alfito bercerita kalau Dia harus mempelajari sesuatu yang dia sendiri tidak tahu kenapa harus belajar itu?

Saya pun mencerna apa yang Alfito katakan, berusaha me-recall kembali long term memory ku dan menghadirkan suasana pembelajaranku di masa putih abu-abu 5 tahun yang lalu. Ahh.., ingin sekali rasanya kembali ke masa tersebut. Namun lamunanku segera buyar ketika Alfito berkata “Kenapa siswa-siswa kita tidak menikmati proses belajarnya..? Karena sebenarnya mereka tidak memahami mengapa mereka harus mempelajari pelajaran tersebut..! ”. Entah sadar atau tidak, saya menganggukkan kepala dengan cepat dan berulang-ulang kali ketika mendengar pernyataan Alfito tadi. Seolah-olah saya ingin mengatakan kepada Alfito bahwa “Yess..saya sangat setuju dengan apa yang dia katakan..!”.

Itulah yang terjadi dengan diriku teman…setelah bertahun-tahun,bagaikan sengatan listrik yang menyerang kepalaku..menyadarkanku..bahwa dulu..betapa saya tidak memahami untuk apa saya belajar. Wajar saja sampai sekarang saya tidak menyukai matematika, kimia, dan fisika..karena sesungguhnya, saya tidak memahami filosofi mempelajari mereka. Astagfirullah…Lalu siapa yang harusnya bertanggung jawab ketika siswa tidak memahami apa yang mereka pelajari..? Bisa jadi kesalahan tidak sepenuhnya berada pada siswa, namun saya pun tidak akan mengatakan bahwa guru lah yang harusnya bertanggung jawab. Tetapi kalau guru tersebut memang bijak, maka tanpa “tuduhan” itu pun dia akan mengakui bahwa harusnya seorang guru bisa mencerdaskan siswanya, bagaimana pun caranya!

Egoiss..yah?Hmm..mungkin iya..tapi memang seperti itu adanya. Dalam proses pembelajaran, guru memegang peranan yang sangat besar. Seorang teman pernah berkata, bahwa guru itu sendiri ibarat “Sutradara” dalam sebuah film. Siswa-siswa adalah aktornya, dan fasilitas di kelas atau sekolah adalah peralatan yang akan digunakan dalam film tersebut. Sang sutradara lah yang akan mengarahkan peran siswa tersebut. Bagaimana siswa menjadi actor atau aktris yang baik. Dan entah mengapa saya merasa guruku dulu tidak mengarahkan saya sebagaimana mestinya. Saya dan teman-teman setiap harinya disuguhi dengan materi pelajaran yang membuat saya berpikir “Kenapa saya harus mempelajari ini?”

Guru yang baik adalah guru yang mampu memberi pemahaman kepada siswanya untuk apa siswa tersebut belajar dan menuntut ilmu. Sehingga proses pembelajaran akan lebih bermakna. Belajar tentu saja bisa bermakna bagi siswa apabila bisa mengalaminya, tidak sekedar mengetahuinya. Karena pembelajaran yang berorientasi sekedar “tahu” bisajadi hanya mampu tersimpan oleh short term memory siswa. Namun, kurang mampu menjadi problem solver dalam kehidupan yang lain. Sebenarnya guru bisa memulainya dengan contoh-contoh sederhana untuk memahamkan siswa dengan pendekatan kontekstual.

Sudrajat (2010) menyatakan bahwa Pendekatan kontektual (Contextual Teaching and Learning /CTL) merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, ketika guru saya mengajar tentang jenis-jenis tumbuhan paku pada mata pelajaran Biologi di kelas 1 SMA dulu. Bisa saja guru tersebut mengajak saya dan teman-teman ke sebuah daerah yang disana saya bisa melihat langsung ratusan jenis tumbuhan paku (aahh..sekali lagi! sayang seribu saying..kami cuma bisa mengetahuinya melalui gambar di buku cetak). Padahal, kemampuan seseorang untuk belajar bisa mencapai 90 % dari apa yang ia katakan dan lakukan.

Siswa dapat belajar dari mengalami sendiri dan merekonstruksi pengetahuan tersebut, sehingga memberikan pemahaman yang lebih bermakna. Sedangkan guru berfungsi sebagai fasilitator dalam belajar yang mempertemukan pengetahuan lama dan baru siswa. Harapannya, kelas tersebut akan menjadi kelas yang lebih bersemangat, hidup dan aktif, siswa belajar mengemukakan apa yang mereka pikirkan dan rasakan, sehingga melatih siswa untuk berpikir kritis, kreatif, dan lebih merakyat (hehe..maksudnya pembelajarannya lebih dekat dengan kehidupan nyata). Eiiitss..hampir lupa, tentu saja pembelajaran kontekstual juga akan menciptakan perubahan perilaku pada siswa. Misalnya, ketika akan mengajarkan makna bersyukur kepada siswa SD. Guru bisa mengajak siswanya untuk mengunjungi panti asuhan, pemukiman kumuh, atau ke tempat-tempat yang memungkinkan siswa untuk memposisikan diri mereka sebagai orang yang lebih beruntung.

Hmm..Subhanallah..! Seandainya pembelajaran saya dulu seperti itu yah..! Naah..berawal dari kisah saya tadi, sehingga saya bertekad untuk menjadi guru yang “baik” bagi siswa saya (supaya mereka tidak merasakan apa yang saya rasakan,hiks..hiks..T_T). Amin Yaa Aliim..mudahkan hamba-Mu ini dalam mengajarkan ilmu-Mu..

(Paviliun 4, Asrama SGEI 26 Januari 2011)


Selasa, 01 Februari 2011

From Parepare to Sekolah Guru Ekselensia Indonesia (SGEI)

1 Februari 2011 “Paviliun 4 tercinta” SGEI, Bogor 21:30 WIB

Bismillahirrahmanirrahim…

Tidak terasa sudah 1 bulan lamanya saya berada jauh dari kota yang selama 23 tahun ini mengajarkan makna hidup kepadaku. Parepare, kota kecil itu kini tidak seramai dulu lagi. Berbagai usaha dengan merek terkenal telah menghiasi kota yang dikenal dengan sapaan Bandar Madani. Untuk bidang pendidikan pun, kota ini telah dilirik oleh mahasiswa-mahasiswa dari daerah disekitarnya (Barru, Sidrap, Pinrang). Ok..cukup untuk mengenang Parepareku’..Parepare ta’..Parepare kita semua…^_^,

Perjalananku akan dimulai dari cerita beberapa kepingan puzzle hidupku sebelum menginjakkan kaki di Sekolah Guru Ekselensia Indonesia (SGEI). Oia, sekali lagi kenalkan..Saya Tien Asmara, 23 tahun masih single (ehem..ehem…massu’na??hehe…^^v) alumni Fakultas Psikologi Universitas Negeri Makassar. Mmm..yang terbayang di kepala teman2 semua mungkin saya akan berada di depan sekelompok orang yang siap diberi psikotes, atau saya sedang duduk di balik meja sambil mendengar curhat klien2 tentang masalah pribadinya..?Atau saya sedang memberikan terapi kepada pasien2 di rumah sakit jiwa..?Alhamdulillah..pikiran teman2 semua tida salah ko’..Namun, saat ini saya tidak melakoni itu semua. Tapi sesuai yang telah saya katakan sebelumnya, saya akan menceritakan kisah saya ko’ sampai bisa mengikuti sekolah guru..!Emang nyambung dgn psikologi…?Eiitzz….nyambung bangeeet..!Simak saja..!

Sebenarnya sebelum sampai di SGEI ini, saya sempat mengikuti beberapa tes CPNS di Sul-Sel. After S.Psi kemarin (April 2010) saya sempat mendaftarkan diri menjadi salah seorang mahasiswa S2 di Universitas Padjajaran Bandung (Magister Profesi Psikologi, Juli 2010). Alhamdulillah, ternyata Allah masih memberikan kesempatan kepada saya untuk banyak belajar di buminya yang lain. Diwaktu yang bersamaan pula, Kementrian Keuangan Indonesia membukan lowongan CPNS di seluruh provinsi (Agustus 2010). Jurusan Psikologi ada dalam salah satu formasinya. Rasa “sedikit kecewa” tidak lulus di UNPAD dicampurkan dengan “banyak semangat” sebagai freshgraduate, akhirnya saya bergabung dengan 3.000 orang lebih para penganggur terdidik dari Sul-Sel untuk menjadi abdi negara di KEMENKEU. Dan Alhamdulillah, Allah mesih memberikan kesempatan untuk melanglangbuana dengan tidak meluluskanku..Hehe..SEMANGAT..!

September 2010..saya bingung mau ngapain sebagai seorang sarjana yang belum mempunyai pekerjaan tetap (konon kabarnya banyak tetanggaku yang menjadikanku sebagai “motivator” untuk anak2nya.Astagfirullah..). Sungguh, kasih sayang-Nya begitu besar kepadaku. Allah memberikan kesempatan kepadaku untuk ber”mesraan” dengan Ramadhan-Nya..mengurus Forum Remaja Masjid Ar-Rafiq (FOREMIQ) Sumpang Minangae. Serta melibatkan diri dalam kegiatan social kemasyarakatan berbasis dakwah (BKPRMI..PKS Parepare). Oia lupa, saya juga sempat memasukkan beberapa lamaran untuk mengajar sebagai Dosen Psikologi di Akbid Kurnia Jaya, Akper Fatimah, Stikes Parepare& Universitas Negeri Muhammadiya (jurusan FKM). Sekali lagi, Allah menghendaki seorang Tien Asmara banyak..banyaak belajar lagi! Tak satupun dari mereka yang memanggil saya kembali (hingga saya memutuskan untuk berangkat ke Bogor). Aah…sungguh indah Yaa Mushowwir (syukran yah..!).

Mmm,,sebelum dilanjutkan saya mau ngasih pertanyaan dulu sama teman2 semua. Oktober-November dalam setiap tahunnya musim apa…??? Hayooo…hayooo…tebak2 berhadiah cokelat..!! Apa…?Musim durian..? Mm..kurang tepat…!!! What..? Musim salju…? Keren juga tuh…! Tapi emang ada di Indonesia..?? Ok..saya jawab yah..! Yang benar adalah musim CPNS. (Hahaha…hadiahnya saya makan sendiri deh). Mungkin saya bisa dibilang sebagai orang yang tidak jelas “mau kemana” (padahal udah ikut training Mission Statemnt,payah neh..!).

Oktober-November 2010 saya mengikuti tes CPNS Lembaga Administrasi Negara di Makassar (Alhamdulillah, sudah bisa masuk di tahap 5 besar. Dan d winner is K Sita Psy00). Setelah itu ikut CPNS Kemenkes, horeee….tidak lulus juga..! Lanjut di CPNS Dephub (Cuma sempat ngirim berkas, saya gagal sebelum berperang..!Makuttu.com ke Makassar). November waktu itu juga diisi dengan membantu mama. Soalnya bapak sedang melaksanakan ibadah haji (Alhamdulillah, kembali dengan selamat di tanah air dengan kepala&kumis yang plontos, insya Allah mambrur boosss..!hehe..).

Desember 2010..masih dihiasi dengan aksi “turut meramaikan” ajang CPNS daerah. Saking maunya diriku merasakan suasanat tersebut, saya rela berjubel2..bepeluh keringat..berjauh-jauh (haha..lebay.com) ke Kabupaten Sidrap untuk mendaftar Berhubung Parepare belum membutuhkan Sarjana Psikologi, koowdoonng :(. Hari pengumuman pun tiba..jeng..jeng…TENTU SAJA, namaku juga tidak tercetak di Koran (entah mereka lupa ato memang namaku tidak pantas untuk ada di koran local.Hehe..defense bangeeet..!). Tapi..untung aja ga’ lulus…(ce’de’ na’ talloko di sidrap gang..!).

Masih Desember 2010..akhir tahun, Tien Asmara semakin bingung mau ngapain..! Mau dibawa kemana S.Psi ku..?

Tiit...tiit…sms masuk di BlackBerry-ku (yang saya baru tahu kalau itu hp china, sebulan setelah diberikan sama bapak.Ckckck…padahal senangku’ mi lagi mau BBM-an gang..!). Smsnya kurang lebih seperti ini “Bagi anda yang ingin menjadi Guru di Sekolah Guru Ekselensia Indonesia dengan syarat belum menikah, fresh graduate, dan siap ditempatkan di sekolah dampingan Dompet Dhuafa seluruh Indonesia dengan mengikuti pelatihan selama 2 bulan di Bogor. Gaji berkisar 2-4 juta per bulan. Wawancara tanggal 29 Desember 2010 di Klinik Etos Jln Perintis Kemerdekaan Makassar”. Awalnya sih, sms itu tidak mendapatkan perhatian yang lebih dariku. Tapi setelah sms&telpon2an dengan seorang akhwat (Syukran K’ Chypa..), akhirnya saya pun membulatkan tekad untuk mengikutinya (padahal besoknya ada jadwal Liqo’..Astagfirullah L).

Singkat cerita, saya sudah berada di Makassar (setelah ijin dengan mama & bapak serta murobbi untuk mengikuti wawancaranya). Rabu, 29 Desember 2010 saya diwawancarai oleh Mba’ Desty (salah seorang pendamping sekolah Dompet Dhuafa). Jam 14.30 WITA saya dan beberpaa teman lainnya mendapat kejutan besar. Kami dinyatakan lulus program tersebut dan harus siap mengikuti program pembinaan mereka selama 5 bulan (2 bulan training ditambah 3 bulan magang mengajar) dan berangkat hari Ahad 2 Januari 2011. Gedubraaak..!Duuuh…bingung! Antara senang dengan bimbang…apakah siap meninggalkan kampoeng halaman selama itu..?

Setelah menghubungi orang tua, berdiskusi banyak, menjelaskan panjang lebar (hingga mendapatkan keliling,hehe…) akhirnya mereka memberikan izin kepada saya untuk mengikuti program SGEI ini (Allahumma Yaa Rabb, sayangi mereka seperti mereka menyayangiku diwaktu kecil). Pamit dengan sahabat terdekat pun sudah kulakukan, dengan teman liqo’, adik2 FOREMIQ (aahh..sedih sekali rasanya!Saya selalu tidak suka dengan suasana perpisahan..).

Malam ini, di asrama SGEI Angkatan II Paviliun 4..tepat 1 bulan saya berada di Kota Hujan. Semua kenangan itu terbayang seperti video yang memutarkan jejak2 hidupku. Yah, sebagai pembelajar sejati sudah sepatutnya kita memetik ibroh dari semua hal yang telah terjadi, terkhusus pada diri sendiri.

Jujur teman-teman, saya tidak pernah membayangkan ternyata akan menjadi seorang guru (dan insya Allah akan mengajar di sekolah terpencil, & marginal di pelosok Indonesia). Satu hal yang saya ingat dengan pasti, dulu…saya pernah berazzam akan focus pada bidang Psikologi Pendidikan. Tapi focus saat itu masih terbatas dalam fungsi teknis seorang sarjana psikologi (tidak sampai pada fungsi guru untuk mengajar). Hmm, mungkin itu penyebab mengapa saya seperti orang tak punya tujuan dalam menjalani hidup. Ikut CPNS ini itu, daftar sana-sini (lumayan menghabiskan legalisir ijazahku^^v). Dan tidak lulus satupun dan dimana pun..!!

Allahu Akbar…! Sungguh, tidak ada nikmat-Mu yang bisa kudustakan..! Ternyata rencana-Mu jauh lebih indah dari apa yang kubayangkan (satu2nya hal yang kuyakini ketika kegagalan demi kegagalan menghampiriku after S.Psi kemarin). Ternyata Engkau mengembalikan niatku..azzamku yang saya sendiri nyaris melupakannya. Back to “Dunia Pendidikan”. Melalui SGEI ini, Engkau memberi begitu banyak BERKAH..membuka HATI dan PIKIRANku..membangkitkan kembali SEMANGAT ku..(puji syukurku.. pada-Mu).

Kembali Engkau memperlihatkan kuasa-Mu dihadapanku…bahwa Engkau selalu memberikan yang terbaik bagi setiap hambaMu. Satu bulan di SGEI Parung Bogor, jauh dari orang tua, adik-adik, keluarga, sahabat2 terdekat,…Namun ilmu-Mu sanggup mengobati rasa rindu ini kepada mereka semua. Sebulan di SGEI, begitu banyak cerita, tawa, dan tangis (rinduu&terharu)..dan baru mala mini diriku sanggup menuliskan ke Mahakuasaan-Mu..Laa Hawlawalaquwwata illah billah..!

Sahabat sekalian yang dirahmati Allah..

Semoga teman2 sekalian bisa mengambil makna dari kisah perjalananku hingga berada dalam barisan “Guru Cerdas & Kreatif” yang berkarakter pemimpin (Jargon SGEI II). Jangan pernah berputus asa pada setiap kegagalan yang engkau alami, karena selalu ada hal indah yang jauh lebih pantas untuk engkau dapatkan setelah itu. Do The best all the time..!Dimana pun..kapan pun..hanya untuk mencari ridho Allah SWT.

Parung Bogor, 2 Februari 2011..

Bersama 29 orang Pahlawan yang akan mencerdaskan anak bangsa..! Saksikanlah Yaa Rabbi..! Saya Tien Asmara, dengan segenap jiwa & ragaku..akan mengabdi untuk Pendidikan Indonesiaku. Indonesia..!Berhentilah menangis..! Masih ada kami, pemuda-pemudi SGEI II yang akan menjadikanmu sebagai bangsa yang bermartabat di hadapan bangsa lain. Tersenyumlah Indonesiaku…!Kami akan selalu ada untukmu..^^v

Special Thanks for.. My Sweet Heart Allah SWT & Rasulullah SAW..

Jazakallah khaer for All Cru Lembaga Pengembangan Insani (LPI) Dompet Dhuafa..Makmal’s Cru..SMART Ekselensia..Mba’ Eva “Pembina asrama akhwat”

Untuk 29 orang makhluk aneh bin ajaib, sosok luaaaaarrrrr biiiiaaasaaa…dari berbagai pulau di Indonesia: Pusriza “Puzz..puzz”, Aslam “ABK yang Kreatif”, Syafi’i “kabhi kushi kabhi gham..” (Medan); Anci “banguuun..!”, Viya “kecil-kecil Ngocoool”, Afah”Ade’ku Ipin”, Wanah “oppahku..”, Darma “lembut”, Syamsi “Menggelegarrr..!”, Tini “Ekspresii donk!”.. Mihran “bisa tonji..!”, Taufik “yang sudah tidak zuhud lagi,hehe..”,(Makassar); Vyta “teman b’obat jalanku..hehe^^v” (Jakarta blasteran Gorontalo Manado), Ninik “yang baek..” (Cirebon) , Hendro “suka lelet nan lembut” (Riau), Laela “teteh yg ayu..” (Sukabumi), Nika “jago gambar”(Bogor); Malsa “yg penakut”, Za “sayang suami”, Siska “kalem”,Vera “perempuang bangeet..!” Dencik “kurang suka dinilai” (Palembang); Dewi “cepat bicaranya” (Jogja), Kinur “suara imut” (Ngawi), Eko “selalu datang pagi” (Malang), Itan”nanya cerdas” (Bandung)..Sarmin “anak mami yg cerdas..!” (Jakarta)..Miftah “pak guuyuu bangeet” (Banjar), Kamal “suka kalasi tp bertanggung jawab” (Madura)…

Mahabesar Allah yang memberi saya kenikmatan yang tak habis untuk disyukuri..Bertemu dan mengenal orang-orang hebat seperti kalian semua ^^v. Terima kasih telah menghiasi hari-hariku..Barakallahi fiikum..

Paviliun 4, 01:00 “ 2 Februari 2011”

(satu bulan tepat Tien berada di SGEI)

Fabiayyi'ala irabbikuma tukazziban...

Fabiayyi'ala irabbikuma tukazziban...