Jumat, 23 September 2011

Seorang Professor dalam sebuah buku berkata "Menulislah...!Tidak masalah tulisanmu itu menjadi sampah. Daripada IDE mu yang menjadi sampah di kepala...! "

Rabu, 03 Agustus 2011

Titip Rindu buat Palintan…

Titip Rindu buat Palintan…
2 Agustus 2011 19:27 Waktu Indonesia bagian Papela, Rote Ndao.

Pagi ini agak berbeda dari hari-hari kemarin. Sedih dan dan haru memenuhi rongga dadaku. Mataku sembab karena air mata yang tak dapat kutahan. Padahal saat itu masih sangat pagi untuk memulai hariku. Semuanya karena sebuah sms. Yah, pesan singkat yang kubaca tadi pagi membuat hatiku sedikit gundah. Hingga saat tulisan ini kubuat..
“Ass. Terasa sepi hidup ini, canda tawa seakan hambar, terasa ada hilang, jemari ini serasa teriris sembiluh. Pelupuk mata ibumu nanar dan kosong berhias air mata rindu. Santapan sahur dan buka tidak lagi sesedap santan, namun doa untukmu bertaut zikir tak berhenti. Anakku…kaupun rindu tentunya. Anakku…kami tetap disisimu walau dalam penantian”
Berdebar hatiku membaca kata demi kata pesan singkat diatas. Yah..sms itulah kawan yang menyesakkan dadaku..menerbangkan khayalku ke kampong halaman, dan memutar kembali semua video kenangan bersama orang tua ku terkasih-Barakallahu fii umurik ma’..pa’…Smsnya dikirimkan bapak ku…yang bagiku adalah Ayah hebat sedunia.
Sebegitu rindunya kah mereka kepadaku…?Hingga sms itupun terkirim. Ya Allah, ampunilah diriku ini telah membuat orang tua ku merasakan “kerinduan yang mendalam”.
R.I.N.D.U
Memang terkadang manusia tak bisa membendungnya..Maha suci Allah yang telah menganugerahkan “rasa” ini kepada kita semua. Tidak terkecuali kepada orang tua dan anaknya. Orang tua yang selama ini telah mengorbankan seluruh jiwa dan raganya. Orang tua yang rela membanting tulang tuk mencukupi semua kebutuhan anak-anaknya. Ya Rabb…tak kan dapat kusebutkan semua hal yang telah dilakukan orang tuaku. Cukuplah Engkau yang Maha Tahu, mengetahui bagaimana rindu yang kurasakan untukMu dan untuk orang tuaku..
Untuk mereka yang telah melahirkan dan membesarkanku,
Jagalah mereka Yaa Muhaimin..
Berkahi sisa umur mereka, karena aku tahu Engkau maha pemberi berkah…
Mudahkan segla urusannya, beri mereka kesehatan…cintai dan sayangi mereka..
Aku tak tahu kepada siapa lagi rinduku ini bisa kutumpahkan selain padaMu..
Maka, aku titipkan rinduku buat PALINTAN..
KepadaMu, Yang Maha Pengasih dan Penyayang…

Sebuah puisi arkostik kubuat untuk orang tua terkasih..
Semoga Allah senantiasa melimpahkan Rahmat dan HidayahNya kepada mereka:

P.A.L.I.N.T.A.N

Pahlawan bagi Tien, Aso, Icca, Fais, Sinta…
Allah..jaga dan sayangi orang tua kami yah..!
Lihatlah..mereka telah mengenalkan kami kepadaMu..
Indah nian ternyata ciptaanMu..
Nikmat yang tak terkira kau anugerahkan kepada keluarga kami..
Tak henti kami berucap syukur..
Allah…titip rindu ku kepada mama dan bapak..
Nanti atau esok atas izinMu, kan kukatakan kepada mereka bahwa “Betapa kumencintainya karena Allah…”

Na’..izinkan Ibu Titin tuk mendidikmu dengan cinta..!

Ada perasaan gundah yang menghinggapi diri ini. Saya tahu, gundah ini berasal dari kelasku di IV B. Entah mengapa, hari ini cara mengajarku sangat “berantakan”. Siswa-siswaku tidak mau diatur, mereka asyik berbicara. Padahal saya sedang menjelaskan di depan kelas. Baru kali ini saya merasakan “kekacauan” di dalam kelas. Lebih tepatnya, kekacauan pada diriku sendiri.
Emosi negative itu memuncak ketika saya mengajar bahasa Indonesia. Mata pelajaran terakhir di kelasku. Siswa-siswaku sudah tidak dapat kukendalikan. Kelas berubah menjadi pasar. Beberapa siswa saling berkejar-kejaran. Sebagian lagi masih asyik mencatat tentang pengertian dan cara menentukan ide pokok. Beberapa hari ini saya memang rajin meminta siswa tuk menyalin materi-materi pelajaran ke buku catatan mereka. Karena siswa tidak dibekali buku paket yang bisa mereka baca setiap saat di rumah. Kasihan sekali.
Karena sudah tidak sanggup me manage kelas di siang tadi, tanpa sengaja saya menumpahkan kekesalan kepada siswa-siswaku. Suara sudah jauh melompat beberapa anak tangga melebihi nada standar yang biasanya saya gunakan. Bahkan jika siswa-siswaku adalah seorang observer yang handal, maka mereka akan melihat ada air yang sudah akan mengalir dengan derasnya dari mataku. Kepalaku panas, semakin menjadi pula sakit kepalaku. Hanya tarikan nafas panjang dan dalam yang sedikit bisa melegakan perasaaanku saat itu.
Seperti yang telah saya katakan sebelumnya, disekolahku siswa-siswa tidak dibekali dengan buku paket. Jangankan buat dibaca dirumah, untuk belajar bersama di sekolah pun tidak ada. Kecuali untuk pegangan guru. Sehingga siang itu, saya berinisiatif untuk membagikan mereka buku Bahasa Indonesia versi 2004 meski SK dan KD nya tidak sesuai dengan kurikulum sekarang. Rencana awal saya adalah, saya akan memberikan pemahaman kepada siswa tentang ide pokok pada sebuah bacaan. Sesuai dengan materi yang dijelaskan dalam kurikulum. Namun supaya bacaannya seragam, maka saya menggunakan bacaan yang ada di dalam buku lama.
Awalnya siswa-siswaku mulai membaca bacaan tersebut. Namun lama kelamaan, mereka bosan sendiri hingga akhirnya mereka sibuk dengan dunianya sendiri dan meledaklah “kekesalan” saya. Ceramah demi ceramah mengalir dari mulut saya. Bahkan tanpa saya sadari, saya seolah-olah memaksa siswa-siswaku tuk mengikuti cara berpikirku saat itu. Menjadi anak yang duduk diam dan memperhatikan perkataan guru.
Na’..maafkan ibu yah!
Ibu tahu… kalian bersifat kasar kepada temanmu, saling memaki, memukul dan menendang seenak hati. Sepenuhnya bukan karena keinginannmu sendiri. Lingkunganmu mempunyai andil yang cukup besar terhadap pembentukan karaktermu.
Maafkan Ibu..
Jikalau selama ini terlalu banyak ceramah yang harus kalian dengarkan dari Ibu. Semuanya Ibu lakukan supaya kelak kamu terbiasa mendengar hal-hal baik yang ada disekitarmu. Bukankah itu salah satu alas an mengapa Allah member kita dua buah telinga…?
Maafkan Ibu..
Jikalau teguran demi teguran engkau dapatkan. Harapannya, semakin hari engkau makin bisa membedakan antara yang haq dan yang bathil. Insya Allah, dengan begitu..kalian akan menjadi pemimpin yang soleh dan solehah.
Anak-anakku yang terkasih,
Karena Ibu telah meminta maaf, maka izinkanlah Ibu Titin untuk mendidik kalian dengan cinta yang Ibu miliki. Meski Ibu tak bisa menjelaskan di depan kelas sebanyak apa cinta yang ibu maksud. Tapi yakinlah..cinta Ibu amat sangat mencukupi untuk kita nikmati bersama. Sampai kapanpun…

Semuanya berawal depan dan belakang rumah kami..

30 Juni 2011” Kamis”

Saya dan dua orang bibi pemilik rumah, bertetangga dengan Pak Oni dan Mama Nona. Pak Oni adalah seorang pengusaha yang juga mengurusi sawah dan tambak ikan bandeng. Sedangkan Mama Nona seorang guru penjas di sekolah yang sama tempatku mengabdikan diri menjadi seorang abdi Al Aliim.
Seperti biasanya, pada siang hari gabah milik Pak Oni akan dijemur di bawah teriknya matahari. Sedangkan saya, pada siang hari akan bercengkrama dengan piring, gelas, dan beberapa baskom hitam yang berisi air dan gelembung sabun. Di belakang rumah, seperti rumah lainnya. Satu dari rutinitas yang selalu saya lakukan selama berada dalam perantauan di Bumi CintaNya, Pulau Rote Ndao, NTT.
Salah satu pemandangan yang selalu saya saksikan sambil menikmati cuci piring saya adalah para “tokoh” dibalik para penjemur gabah milik Pak Oni. Sepanjang pengamatan saya, ternyata yang menjemur gabah tersebut adalah anak kecil. Perhatianku semakin terfokus pada wajah mereka. Wajah yang baru kukenali belum sampai satu bulan. Mereka adalah siswa-siswaku di sekolah. Sebagian besar laki-laki.
Pagi hari mereka belajar dan bermain bersamaku di sekolah. Siangnya, mereka bermain bersama tumpukan gabah bermandikan panasnya matahari. Hatiku terenyuh. Hanya bisa menghela nafas panjang. Mengamati aktivitas mereka dari belakang rumahku. Dan membatin “benar ini siswa yang saya ajar di sekolah?”. Sesekali, disela-sela aktivitasnya, mereka masih menyempatkan diri tuk menyapa dan melemparkan senyum kepada guru barunya. Bisajadi, kami sebenarnya saling mengamati. Mereka dengan padi yang akan dijemur, dan saya dengan tumpukan piringku. Yah..seperti itulah pemandangan dari belakang rumahku.
Tunggu..masih ada lagi! Nah..sekarang kita melangkah ke pemandangan dengan angel depan rumahku.
Siang hari di Papela, suhunya seperti cerita di novel yang menggambarkan suasana padang pasir di mesir. Panas dan kering. Sepulang dari tempat ini, saya yakin kulit anda akan semakin ecsotic. Kebiasaan saya kalau pulang sekolah-memberi salam, buka pintu, dan duduk menyandarkan kepala di kursi sambil memejamkan mata. Biasanya saya akan memutar kembali video kejadian di sekolah tadi. Saya tidak tahu, bagaimana ekspresi wajahku saat itu.
Tapi kemudian, aktivitas tersebut kadang “sedikit” terusik dengan teriakan “Ikaaaaan…Ikaaaan…”. Kedua mata ini membelalak, diri ini berusaha mengumpulkan semua kesadaran. Telinga berusaha mengenali sumber teriakan ikan tadi. Yang kemudian saya ketahui berasal dari teras depan rumah. Yah benar, suara itu milik seorang anak kecil yang sedang menjual ikannya kepada warga Dusun Papela.
Dan dada ini kembali menghembuskan nafas berat, begitu dalam. Hati kembali terenyuh. Belum selesai rasanya saya mengambil hikmah dari kejadian di “belakang rumah”. Sekarang Allah kembali mendidikku dengan pelajaran berharga dari “depan rumah”. Saya juga harus menyaksikan siswaku menjual ikan di saat matahari tepat berada di atas kepala. Speechless.
Rasa syukur tak terbendung lagi. Semuanya bercampur dengan haru. Rasa Malu dengan “malu-malunya” berusaha bersembunyi dibalik hati yang tak bisa menyembunyikannya. Malu pada diri sendiri melihat kegigihan siswa-siswaku dalam bekerja. Saya pun bercermin pada mereka. Ketika saya berada pada usia mereka, saya masih asyik menikmati asyiknya bermain. Saya dan saudaraku tidak perlu “repot” mengeringkan gabah dan menjual ikan, menjemur kulit di tengah panas Papela. Cukup dengan tidur siang saja, kami sudah bisa mendapatkan uang jajan sore.
Yah, semakin malu. Jika mengingat keluhan yang masih sering menghiasi mulut ini. Bahkan panas yang Allah anugrahkan pun, masih biasa saya keluhkan. Padahal dengan panas tadi, siswa-siswaku bisa dengan mudah menyelesaikan “pekerjaannya”. Astagfirullah al’adzim. Bayangkan jika matahari tak memancarkan cahaya seterik itu! Gabah-gabah di belakang rumah tak bisa kering dengan baik. Sementara ikan-ikan di depan rumah tak dapat dijajakan dengan cepat oleh penjualnya. Semuanya tidak lain dikerjakan oleh siswaku.
Begitulah hidup kawan! Allah selalu punya banyak cara untuk mendidikmu menjadi jundi yang banyak bersyukur. Entah itu di depan ataupun belakang rumahmu.

Nah..siang ini, apa saja yang telah terjadi di sekitar rumah anda..?

My first time go to Baa..!

Hore..horeee….saya bersorak seperti anak kecil, meski hanya di dalam hati. Bagaimana tidak, akhirnya setelah hamper satu bulan lamanya saya akan ke kota juga. Melihat peradaban lain di Pulau Rote. Tempat yang akan saya kunjungi adalah Kecamatan Baa (baca Ba’a). Merupakan pusat Kabupatan Rote Ndao. Semua kantor urusan pemerintahan di Rote Ndao berpusat di Baa ini.
Bu Is, kepala sekolah saya di SDN 01 Papela mengatakan bahwa kami akan berangkat jam 9 pagi. Saking semangatnya, saya sudah siap berangkat pukul 08.00 pagi. Sedangkan Bang Wisyal, masih asyik santai di depan tv hingga pukul 08.45. Akhirnya kami pun berangkat pukul 09.30.
Perjalanan ke Baa harus kami tempuh dengan menggunakan ojek. Alhamdulillah, di Papela ada seorang tukang ojek perempuan yang bernama Mba Aci. Alhasil, Mba Aci lah yang mengantar saya untuk pertama kalinya ke Baa yang berjarak 50 km lebih dari Papela. Masya Allah..bayangkan,perjalanan sejauh itu harus kami tempuh demi bertemu dengan Bapak Kadis. Tapi saya senang..!! Sedangkan Bang Wisyal bersama dengan ojek bernama Ka’ Iswa, dan Bu Is bersama dengan suaminya, Pak Adi. Dan berangkatlah kami….!
Sepanjang perjalanan, tak henti-hentinya mulut ini berucap syukur pada-Nya. Pemandangan yang begitu indah terhampar di depan mataku. Pantai dengan warna gradasi biru,hamparan pasir putih, bebatuan besar di pinggir pantai. Selain itu, saya juga melewari hamparan pohon berduri (kira-kira manfaatnya apa yah..?), jejeran pohon lontar (mengingatkanku dengan Jeneponto-tempatku KKN). Rasa pegal karena kelamaan duduk menjadi hilang karena lukisan Al Musshawwir ini. Semuanya indah..
Rombongan kami tiba di Baa sekitar pukul 11.00 siang. Tempat yang kami tuju adalah kantor Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga. Tentu saja untuk bertemu dengan Bapak Kepala Dinas. Alhamdulillah, satu amanah telah terselesaikan. Yaitu memperkenalkan diri sebagai Guru Bantu dari SGEI-LPI Dompet Dhuafa. Meskipun saat itu Bapak Kadis tidak berada di tempat, dan kami disambut oleh Bapak Kepala Bidang Pengajaran.
Beliau sempat memberikan sedikit pengarahan pada saya tentang Rote Ndao. Saya Cuma bisa membalasanya dengan anggukan dan senyum manis. “Tenang saja Pak, insya Allah saya akan memberi banyak manfaat di Rote anda” kataku dalam hati.
Yaa Rabb..mudahkan hamba Mu ini dalam melaksanakan tugas di Rote Ndao..
Kuatkan diriku Yaa Qowwiy..dan semoga diriku pun bisa menjadi inspirasi bwt orang2 disekitar…
Amin Yaa Rabbal Alamin..

Pengantin Rote ala Barat…

Malam ini saya mendapatkan undangan ke acara pernikahan salah seorang warga Papela. Rumahnya tidak jauh dari tempat tinggalku selama mengabdikan diri di Pulau Rote Ndao. Setelah sholat isya, saya dan Bi Mu’ bersiap-siap ke acara tersebut. Pernikahan disini berbeda dengan pernikahan di kampungku. Disini, akad nikah dimulai setelah sholat magrib. Kalau di kampong saya, akad nikah selalu dilaksanakan pada pagi hari.
Seperti umumnya pesta pernikahan, undangan datang dan langsung duduk ke kursi tamu. Aneh lagi menurutku, kami tidak langsung bersalaman dengan pengantinnya.Tapi amplop yang kami bawa telah diserahkan sebelumnya ketika masuk pertama tadi. Hehe…curang..!
Setelah duduk beberapa lama-ditemani alunan lagu dari album Cinta Rasul yang pernah booming ketika saya masih kecil- akhirnya sayapun menyadari bahwa lambungku ini sudah menuntut haknya malam ini. Iya yah..saya pun tersadar. Kenapa dari tadi saya, Bi Mu’, Bu Is-kepala sekolahku di Papela-, belum pergi ke meja makan..? Padahal saya telah menyengajakan diri untuk tidak makan dirumah karena sudah terbayang makanan di pesta. Haha..maklum, perut ini sudah lama tak bersua dengan mamalia penghasil susu segar. Goreng-goreng daging sapi sudah menari-nari dikepalaku sejak saya mendengar cerita abang. Katanya, pesta ini mengorbankan dua ekor sapi besar. “Waaaooww…subhanallah..!” celetukku saat itu. “Hebat sekali mereka Bi Mu..pasti mereka kaya sekali yah sampai memotong dua sapi”. Kemudian Bi Mu menjawabnya “Disini memang begitu, dua sapi sudah biasa”. Kataku lagi “Haaa..?Biasa…?Tapi kan mahal..?Sapi satu ekor saja 5 jutaan yang paling murah. Dikali dua jadi 10 jutaan kan?”. Bi Mu kembali membalas ” Ohh..harga sapi disini hanya satu sampai dua juta per ekor yang besar”. “Wuiiihhh…enak dong yah! Pantas mereka bisa memotong sapi berapapun sesuka mereka” kataku dengan kepala menggeleng-geleng-menandakan saya nyaris tak percaya harga sapinya-. Hmmm…saya bisa jadi pengusaha sapi neh ke Makassar-gumamku dalam hati-.
Nah..ternyata kebiasaan pada acara pernikahan di Rote, tamu-tamu akan diundang sedikit demi sedikit untuk maju ke meja makan. Berbeda dengan kondangan di kampungku. Tamu-tamu biasanya langsung antri di meja makan. Dengan setengah berharap, mataku sesekali melirik kea rah bapak yang diberi amanah untuk mempersilahkan tamu menuju meja makan. Serangan “Naga” di dalam perutku tak bisa diajak kompromi lagi. Beberapa menit setelah, barulah kami mendapat giliran untuk maju mengambil makanan. Sebenarnya, itupun karena inisiatif Bu Is yang mungkin juga merasakan apa yang kurasakan. Sama-sama lapar, maksudnya!
Bayangan oseng-oseng sapi kini menjadi nyata. Saya mengambil nasi dan lauk secukupnya. Dan selanjutnya, bismillah..saya larut dalam suasana pesta bersama empuknya daging sapi.
Rrrggghh…Alhamdulillah!
*to be continue....*

Minggu Ceria di Papela..

Ahad, 12 Juni 2011
Saya masih ingat ketika mengumandangkan kalimat “Hari mencuci nasional”. Hari dimana saya akan mengosongkan agenda kampus, sekolah, dan lainnya. Hari berdamai dengan cucian yang menanti untuk dieksekusi pemiliknya. Semuanya kulalui meski terkadang diselipi dengan sedikit keluhan. Tapi hari ini, entah mengapa “ruh” hari mencuci nasional ini begitu kuat kurasakan kehadirannya..
Fiuuh…hmmfhh-duduk melepas lelah setelah berjalan hamper 1 km-. Inilah rutinitas baruku sekarang, mencuci di kali. Izinkan saya menyebutnya “Minggu Ceria”.
Matahari mulai menampakkan dirinya dari balik awan putih. Rombongan Ibu-ibu sudah sibuk berlalu lalang di depan rumahku. Di atas kepalanya terlihat kain sarung yang didalamnya diisi barang. Mm, cucian pikirku.Tangan kanannya memegang anaknya yang masih kecil, sedangkan dikirinya menenteng ember berisi sabun dan sikat cuci. Pemandangan yang menarik.
Tidak beberapa lama setelah ibu-ibu itu lewat, saya, Bi Mu’ dan Abang turut bergabung dalam deretan para pejuang kebersihan pakaian. Di kali, anak-anak tadi berlompatan dari atas pohon. Cipratan airnya mengenai ibu mereka yang mencuci tidak jauh dari tempat anak itu beratraksi.
Sedang diriku..?Diam..dan menebar senyum..!Tak henti-hentinya mengucap syukur telah diberikan kesempatan untuk menikmati semua kondisi ini.

Berwajah dhuafa..., ga’ masalah..!

Selasa,31Mei 2011
Berwajah dhuafa, ga’ masalah..!
Pukul 04.00 WIB dini hari, saya dan beberapa teman SGEI lainnya meninggalkan asrama LPI-Dompet Dhuafa untuk melaksanakan tugas pengabdian mengajar di beberapa daerah di Indonesia. Beberapa tempat yang akan didatangi oleh peserta SGEI saat itu antara lain: Saya sendiri ke Pulau Rote, Kartini di Kupang, Malsa di Balikpapan, Syamsi di Banjarmasin, Anci di Natuna, Itan di Batam, Oppah di Palembang, Afah di Pekanbaru, Darma di Jambi, dan Dencik di Bengkulu.
Perasaan haru dan senang bercampur menjadi satu. Kenangan selama kurang lebih lima bulan terputar kembali mengiringi langkah-langkah kami menuju tempat tugas. Indonesia..kami datang..!!
Saya dan Tini bersiap untuk check-in di loket maskapai yang akan menerbangkan kami ke bumi Nusa Tenggara Timur. Setelah melalui beberapa prosedur awal sebagai penumpang, tibalah saat dimana saya harus menimbang barang untuk dibagasikan. Kami berdua sudah memperhitungkan, bahwa kami akan over bagasi. Dan benar, kuota bagasi kami melebih 17 kg. Padahal uang di dompet kami amat sangat terbatas sekali…Setelah menimbang travel bag dan kardus saya, serta tas kecil milik Tini, tiba-tiba petugas maskapai menghentikan aktivitas men-check nya dan melihat ke arah kami. Apa gerangan yang terjadi..?Nafas saya seolah-olah terhenti..kedua mataku beradu dengan mata Tini, kecemasan sudah mulai menghiasi wajah kami berdua..
Tidak lama kemudian, petugas maskapai tadi berkata “Mba’..bagasi anda over, seharusnya anda membayar Rp.350.000. Saya bisa membantu anda, tapi saya akan melayani penumpang yang lain dulu”. Entahlah..saya juga tidak mengerti. Yang jelas saat itu saya dan Tini hanya membayar masing-masing 100 ribu.
Saya tidak tahu apakah retribusi petugas maskapai itu melakukan ini kepada kami. Sempat terlintas di pikiran kami, mungkin wajah kami tampak “dhuafa” sehingga hatinya tergerak untuk menolong kami. Hehehe..padahal memang kami dari Dompet Dhuafa. Yeaah…whatever lah. Satu hal yang pasti dan saya yakini, ini adalah pertolongan Allah..Insya Allah, niat kami baik. Maka dengan cara apapun, Dia kan mudahkan. Thanks to Allah…

Senin, 18 April 2011

Beginilah SGEI mengajarkan kami…

18 April 2011 “Paviliun 6 SGEI”

Tidak terasa kami sudah berada hampir dipenghujung program ini. Program yang dirancang sebenarnya selama 17 bulan. Kurang dari lima bulan telah kami lalui bersama. Tak sedikit tawa..canda..tangis..semuanya berbaur menjadi satu, yah kebersamaan dalam bingkai ukhuwah… 12 bulan selanjutnya,kami akan dikirim ke daerah pelosok untuk turut berkontribusi dalam dunia Pendidikan Bangsa (ini pengabdian kami Yaa Rabb..!).
Dua bulan diserang “badai” ilmu…
Berangkat dari latar belakang non kependidikan, tentu saja akan membuat saya menjadi takjub dengan ilmu-ilmu baru yang kudapatkan. Berkenalan dengan produk PAKEM, kue PP (RPP red,hehe..), kue labu (silabus red,hwaa..makanan lagi..!!). Bertemu dengan trainer dan pemateri2 hebat yang dimiliki Indonesia. Ahh, terkadang saya berpikir ga’ usah ke luar negeri untuk mencari orang pintar. Tengoklah kanan dan kirimu, bisajadi mereka ada disana. Meskipun dalam dunia Psikologi, pendidikan bukan barang baru, namun secara teoritis saya baru mendapatkannya disini.
Kenapa badai..? Yah karena seperti biasa terpaannya begitu kuat (bagi saya). Kuliah jam 07.30 sampe waktu ashar menjelang..ilmu yang menarik dan suasana pembelajaran yang berbeda menurutku! Karena besarnya terpaan badai itu, saya merasa “fly” and “flow” bersama badai itu. Tak sedetikpun kubiarkan diri ini tidak merasakan serunya di SGEI.
Like a bollywood artist…!!
SGEI mengajarkan diriku memaknai film India,hehe…! Ada beberapa pembelajaran yang mengajak kami untuk menari dan menyanyi.Haha, saya sungguh senang!Merasa kalau gaya belajarku sangat terfasilitasi. Model pembelajaran seperti ini sanggup membuat senyumku selalu tampak ceria!
Karena ukhuwah…
Dan kami pun semakin akrab,kawan..!Karena kami yakin Allah telah mengikat hati-hati kami, dan itu akan berlaku selamanya. Meskipun terkadang suara kami “seolah2” merajai paviliun dan bisajadi mengganggu kenyamanan teman2 yang lain. Mau mi diapa temang..??Besar memang kodoong suara na orang Bugis-Makassar..! Ka selaluki main di lau’..!Hehehe….^^v.
Disana saya menyaksikan keikhlasan hati dalam berbagi, pemenuhan hak sesama muslimah untuk dinasehati, saling memberi taujih, menguatkan dikala futur menyerang, menggoda dikala wajah-wajah ini tampak kusut,atau mendengar celetukan guru-guru hebat itu tentang siswanya.
Dan syukur inipun tak henti-hentinya kupanjatkan pada-Mu…

Selasa, 29 Maret 2011

PTK...
Kerjakanmi, Tien......!!!

Rabu, 09 Maret 2011

Kembali ke masjid..

Ada perasaan damai yang menelusup di dada, ketika kaki ini kembali kulangkahkan ke masjid Al Ihsaan, LPI-Dompet Dhuafa Bogor. Yah, memang sudah beberapa pekan lamanya saya tidak mengikuti sholat jama'ah di masjid. Akhwat sholat di masjid ga' wajib kan...?
Iqomat berkumandang...Imam mulai melantunkan Al fatihah, surah As Syams..Ad dhuha..Subehanallah..sungguh damai hati ini Yaa Rabb..!Tak terasa air mata ini mengalir dengan derasnya. Satu hal yang pasti kuyakini, Engkau kembali menyentuh hatiku Yaa Rabb, terima kasih..

Siang, waktu teman2 di paviliun asyik dengan mimpi indah di siang bolong dan saya sibuk dengan cucian2ku..
Alunan suara Vidi Aldiano menemaniku bermain dengan busa sabun cucianku..

Cinta Jangan Kau Pergi..
Tinggalkan diriku sendiri..
Cinta jangan kau lari..
Aoalah arti hidup ini, tanpa cinta dan kasih..
Selamanya...

Seketika, pikiran ini terbawa kepada potongan video ingatan akan "rasa" yang menelusup ..merasuk ke hatiku, ketika kembali melaksanakan sholat berjamaah di masjid.

Rasa itu..
Rasa yang tidak ingin saya tukar dengan apapun..!!
Cinta jangan kau pergi...
Saya cuma butuh itu..
Butuh cintaMu...butuh ridhoMu..

Kembali ke masjid..

Ada perasaan damai yang menelusup di dada, ketika kaki ini kembali kulangkahkan ke masjid Al Ihsaan, LPI-Dompet Dhuafa Bogor. Yah, memang sudah beberapa pekan lamanya saya tidak mengikuti sholat jama'ah di masjid. Akhwat sholat di masjid ga' wajib kan...?
Iqomat berkumandang...Imam mulai melantunkan Al fatihah, surah As Syams..Ad dhuha..Subehanallah..sungguh damai hati ini Yaa Rabb..!Tak terasa air mata ini mengalir dengan derasnya. Satu hal yang pasti kuyakini, Engkau kembali menyentuh hatiku Yaa Rabb, terima kasih..

Siang, waktu teman2 di paviliun asyik dengan mimpi indah di siang bolong dan saya sibuk dengan cucian2ku..
Alunan suara Vidi Aldiano menemaniku bermain dengan busa sabun cucianku..

Cinta Jangan Kau Pergi..
Tinggalkan diriku sendiri..
Cinta jangan kau lari..
Aoalah arti hidup ini, tanpa cinta dan kasih..
Selamanya...

Seketika, pikiran ini terbawa kepada potongan video ingatan akan "rasa" yang menelusup ..merasuk ke hatiku, ketika kembali melaksanakan sholat berjamaah di masjid.

Rasa itu..
Rasa yang tidak ingin saya tukar dengan apapun..!!
Cinta jangan kau pergi...
Saya cuma butuh itu..
Butuh cintaMu...butuh ridhoMu..

Jumat, 04 Maret 2011

Tentang dan Ketika…

Saya sangat suka dengan dua kata ini..
Bagaikan burung yang terbang bebaaaasss…jauh..jauh..tinggi ke langit yang biru (mirip lagu yah..?)
Saya bisa berceloteh apapun…
MemujiMu..bersyukur..tersenyum..tertawa..menangis..bersabar..melihat..mendengar.. membaca.. menulis.. merasakan..Hmm, buanyaak…!! Tak bisa kusebutkan semuanya..
Tepukan di Pundakku..

Merindukan tepukan itu..
Sederhana, Cuma menepuk tiga kali di pundak kanan ku..
Kemudian tepukan itu mampu menguatkanku..menegarkan..mendamaikan hati..dan membuatku tersenyum..!
Terkadang terselip sebuah kalimat afirmasi yang semakin menguatkan tepukan itu..
Heii…
Engkau, Perempuan Sang Penepuk Pundak…
Semoga Rahman & Rahim-Nya senantiasa tercurah untukmu
^_^,

Tentang hujan dan hatiku..

Beranda Paviliun 4 08.15 waktu Indonesia bagian LPI Bogor

Tempat ini selalu menjadi tempat favoritku selama menjalankan program SGEI II di Bogor. Pagi ini, kembali hujan menyapa..memercikkan rahmat-Nya. Semoga semua orang terkasih juga merasakan bahagia yang kurasa..

Tentang hujan dan hatiku..


Hujan selalu mampu mendamaikan hatiku..merefresh kembali semua memori di kepala dan di hati (memang ada..?hehe..). Bagaikan sebuah video yang diputarkan di depan mataku, memanggil semua kenangan-kenangan indah yang tersimpan rapi di otak kecilku.

Seperti lagu yang disenandungkan oleh Amanda feat Opick “Terbayang satu wajah, penuh cinta..penuh kasih..”. Mama’…barakallahu, semoga Allah membalas semua cintamu dengan jannah-Nya.

Tentang Masa kanak-kanak ku yang indah, berlarian sepulang sekolah di tengah hujan. Dengan tas dan sepatu yang dibungkus kantong2 (plastic red).

Tentang rumah yang bocor karena hujan dan sang pemilik rumah tidak punya uang untuk memperbaikinya.

Tentang dua orang remaja yang berboncengan di tengah hujan lebat dan tampak menikmati hujan (hmm…perasaanku jadi aneh menyaksikan itu).

Tentang buruh bangunan yang tetap melanjutkan pekerjaannya di tengah hujan deras.

Tentang seorang bapak tua pembersih selokan yang mengerjakan tugasnya bersama dengan hujan.

Tentang anak kecil yang merengek ke ibunya karena mau bergabung dengan teman2nya untuk bermain hujan..

Tentang musibah yang katanya disebabkan oleh hujan yang berkepanjangan. Tapi yakinlah, saya tidak percaya dengan hal itu..Saya begitu menyayangi hujan. Musibah yang melanda karena ulah manusia juga ko’..!

Tentang anak-anak yang menjual payung di Pasar Central Makassar

Tentang para ojek payung di depan Mal Panakkukang Makassar

Tentang Pulau Buaya yang tak tampak dari Parepare kalau sedang hujan di Pinrang

Tentang lubang yang tak terlihat ketika hujan di jalan Pangkep, sering sekali memakan korban bagi pengguna jalan dan membuat bapakku mannoko’-noko’ (mengeluh/ ngomel).

Tentang seorang Perempuan Penepuk Pundak yang mengendarai motornya saangaaaat lambaaat ketika hujan mengguyur Makassarnya..

09:18 waktu bersama Oppah..Ipin..dan siswa Jampang 4

Hujan telah reda..suara tik..tik..tik..nya tergantikan dengan gelak tawa calon penerus bangsa from Jampang Bogor.

Tentang hujan dan hatiku, akan kulanjutkan ketika hujan menyapaku lagi..

T’senyum Slalu..

^_^,

Keroo n Me…

Hari yang indah dan penuh berkah, insya Allah…Kalimat itu senantiasa mengawali hari-hariku, tidak terkecuali ketika menjadi seorang ce’gu (kata Upin-Ipin) di sebuah sekolah yang letaknya cukup dengan membayar angkot Rp.1500 saja. Yah, panggilan Ce’gu di negara tetangga kita bisa jadi adalah sosok luar biasa. Tetapi di negara kita, terkadang profesi mulia ini dikesampingkan. Ah, sudahlah…saya tidak mau jutaan sel saraf pada tubuhku dan tubuh anda sekalian merespon afek negative dari statement yang baru saja kukatakan.
Disuatu pagi ketika guru kelas 1 sekolah tempat saya magang tidak bisa mengajar. Dag..dig..dug,..perut mules, sungguh saya tidak mengerti apa yang terjadi pada diriku. Oh, tunggu…!Bukankah itu gejala psikosomatis yang sering melanda seseorang yang merasakan kecemasan yang sedikit berlebih ketika dihadapkan dengan suatu masalah..? Benar, saya agak cemas ketika akan mengajar di kelas 1 SD (padahal yang akan saya hadapi adalah anak kecil berumur 6-7 tahun).
Assalamu’alaikum, anak-anak sekalian…!
Satu detik..dua..tiga…empat…lima detik…Ah, lama sekali pikirku!Kenapa mereka belum menjawab salamku..?Sebegitu minimnyakah pelajaran akhlak yang mereka terima?Tanyaku dalam hati yang sudah mulai berdzu’uzon.Astagfirullah…
Wa’alaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh, dengan suara yang sangat nyaring dan tampak jelas tarikan urat di leher siswa ketika menjawabnya. Alhamdulillah, senyumku pun mengembang.
Tatapan penuh tanya dan selidik tampak dari sebagian besar makhluk mungil yang ada di depanku. Seolah-olah mereka mau mengatakan, ini siapa yah..?Manis sekali…!!hehe..
Jurus pamungkas yang telah kupersiapkan sebelumnya akhirnya kukeluarkan juga. Seorang sahabat baru yang akan menemani tugas muliaku menjadi seorang pendidik. Namanya Keroo Sepintas, orang-orang akan melihat kalau saya dan Keroo memiliki beberapa kesamaan. Mata bulat besar, pipi tembem, tapi warna kami berbeda yah!Saya sawomatang dan keroo hijau. Hmm, ga’ cocok untuk dibandaingkan deh..!Yahh, dialah Keroo boneka tangan yang kusayang. Rencananya, saya akan memanfaatkan Keroo untuk berbicara kepada siswa. Berharap saya bisa merebut perhatian mereka melalui Keroo.
“Haaii..teman-teman, kenalkan nama saya Keroo” kataku bak pendongeng hebat.
“Haii Keroo, balas anak-anak yang sebagian besar didominasi oleh suara anak perempuan”.
“Yesss..yess..” berhasil kataku dalam hati.
“Bolehkah saya bermain bersama kalian disini..?” lanjutku
Dan seterusnya hingga saya mengajak mereka berkenalan satu per satu. Saya pun hampir lupa kalau sebelumnya psikosomatis menyerang. Kelas hari itu terasa sangat menyenangkan. Tertawa bersama siswaku, kemudian beralih profesi menjadi seorang Ibu untuk mendiamkan anaknya yang menangis karena rautannya direbut oleh temannya, maju ke depan belakang bernyanyi dan senam bersama mereka, dan Keroo tentu saja. Pengalaman pertamaku mengajar di kelas rendah, yang kita kenal dengan kelas yang amat sangat sulit untuk diatur, Subhanallah... Thanks Yaa Rabb,,,syukran Keroo..!
Ternyata dengan sebuah boneka tangan, saya bisa mendapatkan hati siswa di hari pertamaku menjadi Ce’gu..!T’senyum Slalu…^_^,

Kamis, 17 Februari 2011

Hari pertama kumenjadi Ce'gu..^_^,


Dag..dig..duuug....!!
Jantungku berdegup kencang ketika akan memasuki kawasan SD Negeri Jampang Pondok Udik, sekolah yang saya tempati magang selama tiga bulan kedepannya. Nerveous..bercampur sedikt khawatir menjadi satu. Tetapi ada sejuta senang yang terkira yang membuat diriku sanggup meredam dag..dig..dug tadi.

Ibu Guru Titin...
Senang sekali rasanya dipanggil seperti itu..

Disambut hangat oleh Ibu Kepala Sekolah "Ely Rohimah, S,Pd, M.M" dan guru pamong Bapak " Sadang, S.Pd" adalah hal pertama yang kudapatkan di sekolah yang letaknya berseblahan dengan Markas Besar Ahmadiyah (yang dulu beritanya heboh sekali di tipi, hemm...ini toh tempatnya..!).

Perjuanganku menjadi pendidik generasi bangsa saya mulai dengan mengajar di kelas 6. Saat itu Pak Sadang meminta saya untuk mengajar Matematika di kelasnya. Bingung pun melanda...jujur, saya punya masalah dengan sesuatu yang berbau "numerikal" (hmmfhh...payah juga yah..!).

Alhamdulillah, kelas 6 saat itu berhasil saya kuasai dengan teknik2 clasroom management yang telah diajarkan oleh Trainer Makmal Pendidikan LPI Dompet Dhuafa. Saya memulai kelas dengan memperkenalkan diri dengan metode bernyanyi. liriknya seperti ini:

" Saya adalah Bu Guru Titin, berasal dari Kota Makassar..
Setiap hari pergi sekolah untuk emngajar anakku semua.."

(liriknya dinyanyikan dengan lagu Aku adalah anak gembala..)

Suasana kelas pada saat itu riuh..mungkin siswa-siswa heran..keget..n bingung..nih guru, ujuk-ujuk datang..masuk kelas, langsung nyanyi..!!Hehehe...Bu Gulu Tien memang aneh, anak-anakku..(maklum saja yah^_^,).

Kemudian perjalanan mengajar pertama saya dilanjutkan dengan berkenalan dengan siswa satu per satu (mereka juga bernyanyi,yang dilanjutkan menyebut nama;tetala;umur;hobby;cita-cita;dan pengalaman lucunya). Semua siswa tampak antusias...
Hmffhh...Alhamdulillah Yaa Rabb, saya bisa melalui hari ini...

Setelah mengajar, saya melepaskan sedikit lelah di ruangan Kepsek. Saat itu, Ibu meminta saya untuk mengeditkan file KKM yang telah beliau susun. Katanya untuk digunakan oleh guru-guru di awal semester tahun depan. "Hmmm...Kepsek yang rajin" pikirku.

Hari pertama juga kulalui dengan mendiskusikan mengenai jadwal mengajar dengan Guru Pamong. Alhamdulillah, setiap harinya dapat 2 kelas yang berbeda (SEMANGAT Bu' Gulu...!!)

Peraturan Pemerintah yang terbaru menetapkan bahwa guru-guru pulang dari sekolah pada pukul 15.00. SDN Jampang Pondok Udik sendiri menetapkan jam pulangnya pada pukul 14.00 bagi guru dan pukul 12.00 untuk siswa kelas 1-5. Sedangkan siswa kelas 6 pulang pada pukul 13.00 atau 14.00. Waah...tantangan baru untukku,bertahan di sekolah sampai semua guru-guru pulang..!

Hmm, hari yang indah dan penuh berkah, Alhamdulillah....
Semuanya bisa kulalui karena Ridho-Mu Yaa Rabb..

Jaga semangatku ini..bimbing terus hati,fikiran,amal,dan lisan ini...
Semoga saya senantiasa bisa menorehkan segudang manfaat di
SDN Jampang Pondok Udik,Kemang Bogor...

"Beranda Paviliun 4 SGEI"

Guru Pemimpin...


Beranda paviliun 4 SGEI


Saya ingin bercerita tentang leadership games yang sering diberikan oleh Agung Pardini, trainer Makmal di LPI Dompet Dhuafa. Kami diinstruksikan untuk memilih salah satu atau beberapa orang teman-teman dari siswa SGEI II untuk dijadikan pemimpin berdasarkan kriteria yang telah ditentukan oleh trainer. Sepintas terlihat permainan ini begitu mudah, tugas kami hanyalah mencatat nama dari teman-teman kami sendiri. Suatu ketika kami diminta untuk memilih seseorang untuk dijadikan ketua dalam sebuah tim. Pernah juga dalam satu tim, trainer memerintahkan untuk melepaskan dua anggota tim untuk ditukarkan dengan satu orang anggota tim lainnya yang kami anggap kuat untuk bergabung bersama kelompok kami. Sungguh berat rasanya untuk menuliskan nama-nama tersebut. Ternyata, ada proses berpikir yang jauh lebih serius untuk menentukan nama.

Proses pengambilan keputusan (decision making) dalam memilih dan melepaskan anggota tim pada permainan dapat memberi gambaran bagaimana seseorang dapat mengambil keputusan dalam waktu yang singkat. Proses tersebut merupakan salah satu kompetensi yang sangat penting untuk dimiliki oleh seorang pemimpin, tidak terkecuali guru. Permainan ini juga bisa memberikan gambaran kepada kami tentang siswa-siswa SGEI yang dianggap mampu menjadi pemimpin. Ada beberapa orang yang namanya selalu dipilih oleh siswa lain untuk menjadi pemimpin mereka. Sebaliknya, ada pula siswa yang namanya tidak pernah disebutkan dalam bursa pencalonan pemimpin tim. Permainan ini bisa mengajak para pemainnya untuk merefleksikan diri, bagaimana implementasi jiwa kepemimpinan yang ada di dalam dirinya. Terkadang seseorang bingung menentukan sikap atau keputusan dalam waktu cepat, sehingga factor ketersediaan waktu sangat mempengaruhi pengambilan keputusan. Anda sebagai guru, sudah siapkah anda untuk menjadi pemimpin..?

Something about Tien Asmara..


Andi Tien Asmara Palintan, adalah putri pertama buah cinta dari pasangan Drs. Palemmui, MM dan Andi Intang, S.Pd. Sulung dari lima bersaudara ini lahir di Kota Parepare, 01 Desember 1987. Menyelesaikan pendidikan di SD Negeri 35 Parepare pada tahun 1999, SLTP Negeri 1 Parepare tahun 2002, SMA Negeri 1 Parepare tahun 2005, dan menjadi alumni Fakultas Psikologi Universitas Negeri Makassar tahun 2010. Sewaktu kuliah, perempuan bermata bulat ini pernah menjadi Juara I Lomba Karya Tulis Ilmiah (KTI) Bidang Pendidikan di Universitas Negeri Makassar tahun 2008. Selain itu, juga pernah menjadi finalis Lomba Karya Tulis Ilmiah (KTI) Bidang Pendidikan tingkat wilayah Indonesia Timur (wilayah D). Titin, sapaan perempuan ini sangat menyukai travelling, training, organisasi, membaca, dan kuliner.

Dibesarkan oleh kedua orang tua yang berprofesi sebagai guru memberikan motivasi yang begitu besar untuk mendedikasikan hidup kedalam dunia pendidikan Indonesia. Ia menyaksikan seorang dokter mengobati pasiennya, polisi dengan tulus mengatur lalu lintas di jalanan, pilot menerbangkan pesawat, bagaimana seorang Presiden memimpin Negara, dan berbagai profesi lainnya. Semuanya membuat Titin tersadar, bahwa mereka semua bisa melakukan kerja-kerja hebat itu karena bimbingan seorang guru. Hal tersebut yang membulatkan tekad Titin untuk menjadi seorang guru, figure yang akan mendidik dan mencerdaskan anak bangsa.

Siswa SGEI angkatan II ini berharap mampu memberi kontribusi yang besar dalam dunia pendidikan terkhusus bidang Psikologi Pendidikan. Salah satu impiannya adalah melihat anak Indonesia mempunyai karakter taqwa, jujur, berintelektual, cerdas, dan berakhlak baik. Sehingga para penerus bangsa tersebut mampu membawa Indonesia menjadi bangsa yang mulia dan bermartabat di hadapan Tuhan dan bangsa lain. Allahu Akbar..!!

Testimony untuk SGEI: Teruslah maju..menjadikan guru-guru Indonesia CERDAS dan INSPIRATIF. Karena dari guru lah, peradaban Indonesia akan berkembang..! Terima kasih telah membangunkan diriku dari tidur lelap..!!(kondisi pendidikan bangsa kita..).

Siswa belajar apa sih….??

Siswa belajar apa sih….??

A.Tien Asmara Palintan

Universitas Negeri Makassar

Sekolah Guru Ekslensia Angkatan II

Hari ini terasa special bagiku, hmm..mungkin karena materi perkuliahan sudah mulai membahas masalah “Personality” (Yaah, kata yang sudah tidak asing lagi ditelingaku sebagai seorang Sarjana Psikologi). Materi kuliah hari ini di Sekolah Guru Ekselensia Indonesia (SGEI) adalah Public Speaking. Dan yang membuatnya lebih special lagi adalah materi tersebut dibawakan oleh seorang narasumber yang wajahnya hanya bisa kuliat dan kagumi kehebatannya melalui layar televisi. Semoga saja anda kenal dengan sosok Alfito Deannova, one of main anchor for tvOne news program.

Lalu apa yang menarik dengan sosok Alfito?Hehe..sebenarnya saya bukan mau bercerita tentang sosok Dia yang memang begitu berkompeten dibidangnya. Kali ini saya akan berbagi mengenai sebuah statement Alfito ditengah-tengah perkuliahan kami. Beliau sempat bercerita mengenai pengalaman SMA nya yang memilih jurusan Fisika tetapi sebenarnya tidak menyukai pelajaran tersebut. Alfito bercerita kalau Dia harus mempelajari sesuatu yang dia sendiri tidak tahu kenapa harus belajar itu?

Saya pun mencerna apa yang Alfito katakan, berusaha me-recall kembali long term memory ku dan menghadirkan suasana pembelajaranku di masa putih abu-abu 5 tahun yang lalu. Ahh.., ingin sekali rasanya kembali ke masa tersebut. Namun lamunanku segera buyar ketika Alfito berkata “Kenapa siswa-siswa kita tidak menikmati proses belajarnya..? Karena sebenarnya mereka tidak memahami mengapa mereka harus mempelajari pelajaran tersebut..! ”. Entah sadar atau tidak, saya menganggukkan kepala dengan cepat dan berulang-ulang kali ketika mendengar pernyataan Alfito tadi. Seolah-olah saya ingin mengatakan kepada Alfito bahwa “Yess..saya sangat setuju dengan apa yang dia katakan..!”.

Itulah yang terjadi dengan diriku teman…setelah bertahun-tahun,bagaikan sengatan listrik yang menyerang kepalaku..menyadarkanku..bahwa dulu..betapa saya tidak memahami untuk apa saya belajar. Wajar saja sampai sekarang saya tidak menyukai matematika, kimia, dan fisika..karena sesungguhnya, saya tidak memahami filosofi mempelajari mereka. Astagfirullah…Lalu siapa yang harusnya bertanggung jawab ketika siswa tidak memahami apa yang mereka pelajari..? Bisa jadi kesalahan tidak sepenuhnya berada pada siswa, namun saya pun tidak akan mengatakan bahwa guru lah yang harusnya bertanggung jawab. Tetapi kalau guru tersebut memang bijak, maka tanpa “tuduhan” itu pun dia akan mengakui bahwa harusnya seorang guru bisa mencerdaskan siswanya, bagaimana pun caranya!

Egoiss..yah?Hmm..mungkin iya..tapi memang seperti itu adanya. Dalam proses pembelajaran, guru memegang peranan yang sangat besar. Seorang teman pernah berkata, bahwa guru itu sendiri ibarat “Sutradara” dalam sebuah film. Siswa-siswa adalah aktornya, dan fasilitas di kelas atau sekolah adalah peralatan yang akan digunakan dalam film tersebut. Sang sutradara lah yang akan mengarahkan peran siswa tersebut. Bagaimana siswa menjadi actor atau aktris yang baik. Dan entah mengapa saya merasa guruku dulu tidak mengarahkan saya sebagaimana mestinya. Saya dan teman-teman setiap harinya disuguhi dengan materi pelajaran yang membuat saya berpikir “Kenapa saya harus mempelajari ini?”

Guru yang baik adalah guru yang mampu memberi pemahaman kepada siswanya untuk apa siswa tersebut belajar dan menuntut ilmu. Sehingga proses pembelajaran akan lebih bermakna. Belajar tentu saja bisa bermakna bagi siswa apabila bisa mengalaminya, tidak sekedar mengetahuinya. Karena pembelajaran yang berorientasi sekedar “tahu” bisajadi hanya mampu tersimpan oleh short term memory siswa. Namun, kurang mampu menjadi problem solver dalam kehidupan yang lain. Sebenarnya guru bisa memulainya dengan contoh-contoh sederhana untuk memahamkan siswa dengan pendekatan kontekstual.

Sudrajat (2010) menyatakan bahwa Pendekatan kontektual (Contextual Teaching and Learning /CTL) merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, ketika guru saya mengajar tentang jenis-jenis tumbuhan paku pada mata pelajaran Biologi di kelas 1 SMA dulu. Bisa saja guru tersebut mengajak saya dan teman-teman ke sebuah daerah yang disana saya bisa melihat langsung ratusan jenis tumbuhan paku (aahh..sekali lagi! sayang seribu saying..kami cuma bisa mengetahuinya melalui gambar di buku cetak). Padahal, kemampuan seseorang untuk belajar bisa mencapai 90 % dari apa yang ia katakan dan lakukan.

Siswa dapat belajar dari mengalami sendiri dan merekonstruksi pengetahuan tersebut, sehingga memberikan pemahaman yang lebih bermakna. Sedangkan guru berfungsi sebagai fasilitator dalam belajar yang mempertemukan pengetahuan lama dan baru siswa. Harapannya, kelas tersebut akan menjadi kelas yang lebih bersemangat, hidup dan aktif, siswa belajar mengemukakan apa yang mereka pikirkan dan rasakan, sehingga melatih siswa untuk berpikir kritis, kreatif, dan lebih merakyat (hehe..maksudnya pembelajarannya lebih dekat dengan kehidupan nyata). Eiiitss..hampir lupa, tentu saja pembelajaran kontekstual juga akan menciptakan perubahan perilaku pada siswa. Misalnya, ketika akan mengajarkan makna bersyukur kepada siswa SD. Guru bisa mengajak siswanya untuk mengunjungi panti asuhan, pemukiman kumuh, atau ke tempat-tempat yang memungkinkan siswa untuk memposisikan diri mereka sebagai orang yang lebih beruntung.

Hmm..Subhanallah..! Seandainya pembelajaran saya dulu seperti itu yah..! Naah..berawal dari kisah saya tadi, sehingga saya bertekad untuk menjadi guru yang “baik” bagi siswa saya (supaya mereka tidak merasakan apa yang saya rasakan,hiks..hiks..T_T). Amin Yaa Aliim..mudahkan hamba-Mu ini dalam mengajarkan ilmu-Mu..

(Paviliun 4, Asrama SGEI 26 Januari 2011)


Selasa, 01 Februari 2011

From Parepare to Sekolah Guru Ekselensia Indonesia (SGEI)

1 Februari 2011 “Paviliun 4 tercinta” SGEI, Bogor 21:30 WIB

Bismillahirrahmanirrahim…

Tidak terasa sudah 1 bulan lamanya saya berada jauh dari kota yang selama 23 tahun ini mengajarkan makna hidup kepadaku. Parepare, kota kecil itu kini tidak seramai dulu lagi. Berbagai usaha dengan merek terkenal telah menghiasi kota yang dikenal dengan sapaan Bandar Madani. Untuk bidang pendidikan pun, kota ini telah dilirik oleh mahasiswa-mahasiswa dari daerah disekitarnya (Barru, Sidrap, Pinrang). Ok..cukup untuk mengenang Parepareku’..Parepare ta’..Parepare kita semua…^_^,

Perjalananku akan dimulai dari cerita beberapa kepingan puzzle hidupku sebelum menginjakkan kaki di Sekolah Guru Ekselensia Indonesia (SGEI). Oia, sekali lagi kenalkan..Saya Tien Asmara, 23 tahun masih single (ehem..ehem…massu’na??hehe…^^v) alumni Fakultas Psikologi Universitas Negeri Makassar. Mmm..yang terbayang di kepala teman2 semua mungkin saya akan berada di depan sekelompok orang yang siap diberi psikotes, atau saya sedang duduk di balik meja sambil mendengar curhat klien2 tentang masalah pribadinya..?Atau saya sedang memberikan terapi kepada pasien2 di rumah sakit jiwa..?Alhamdulillah..pikiran teman2 semua tida salah ko’..Namun, saat ini saya tidak melakoni itu semua. Tapi sesuai yang telah saya katakan sebelumnya, saya akan menceritakan kisah saya ko’ sampai bisa mengikuti sekolah guru..!Emang nyambung dgn psikologi…?Eiitzz….nyambung bangeeet..!Simak saja..!

Sebenarnya sebelum sampai di SGEI ini, saya sempat mengikuti beberapa tes CPNS di Sul-Sel. After S.Psi kemarin (April 2010) saya sempat mendaftarkan diri menjadi salah seorang mahasiswa S2 di Universitas Padjajaran Bandung (Magister Profesi Psikologi, Juli 2010). Alhamdulillah, ternyata Allah masih memberikan kesempatan kepada saya untuk banyak belajar di buminya yang lain. Diwaktu yang bersamaan pula, Kementrian Keuangan Indonesia membukan lowongan CPNS di seluruh provinsi (Agustus 2010). Jurusan Psikologi ada dalam salah satu formasinya. Rasa “sedikit kecewa” tidak lulus di UNPAD dicampurkan dengan “banyak semangat” sebagai freshgraduate, akhirnya saya bergabung dengan 3.000 orang lebih para penganggur terdidik dari Sul-Sel untuk menjadi abdi negara di KEMENKEU. Dan Alhamdulillah, Allah mesih memberikan kesempatan untuk melanglangbuana dengan tidak meluluskanku..Hehe..SEMANGAT..!

September 2010..saya bingung mau ngapain sebagai seorang sarjana yang belum mempunyai pekerjaan tetap (konon kabarnya banyak tetanggaku yang menjadikanku sebagai “motivator” untuk anak2nya.Astagfirullah..). Sungguh, kasih sayang-Nya begitu besar kepadaku. Allah memberikan kesempatan kepadaku untuk ber”mesraan” dengan Ramadhan-Nya..mengurus Forum Remaja Masjid Ar-Rafiq (FOREMIQ) Sumpang Minangae. Serta melibatkan diri dalam kegiatan social kemasyarakatan berbasis dakwah (BKPRMI..PKS Parepare). Oia lupa, saya juga sempat memasukkan beberapa lamaran untuk mengajar sebagai Dosen Psikologi di Akbid Kurnia Jaya, Akper Fatimah, Stikes Parepare& Universitas Negeri Muhammadiya (jurusan FKM). Sekali lagi, Allah menghendaki seorang Tien Asmara banyak..banyaak belajar lagi! Tak satupun dari mereka yang memanggil saya kembali (hingga saya memutuskan untuk berangkat ke Bogor). Aah…sungguh indah Yaa Mushowwir (syukran yah..!).

Mmm,,sebelum dilanjutkan saya mau ngasih pertanyaan dulu sama teman2 semua. Oktober-November dalam setiap tahunnya musim apa…??? Hayooo…hayooo…tebak2 berhadiah cokelat..!! Apa…?Musim durian..? Mm..kurang tepat…!!! What..? Musim salju…? Keren juga tuh…! Tapi emang ada di Indonesia..?? Ok..saya jawab yah..! Yang benar adalah musim CPNS. (Hahaha…hadiahnya saya makan sendiri deh). Mungkin saya bisa dibilang sebagai orang yang tidak jelas “mau kemana” (padahal udah ikut training Mission Statemnt,payah neh..!).

Oktober-November 2010 saya mengikuti tes CPNS Lembaga Administrasi Negara di Makassar (Alhamdulillah, sudah bisa masuk di tahap 5 besar. Dan d winner is K Sita Psy00). Setelah itu ikut CPNS Kemenkes, horeee….tidak lulus juga..! Lanjut di CPNS Dephub (Cuma sempat ngirim berkas, saya gagal sebelum berperang..!Makuttu.com ke Makassar). November waktu itu juga diisi dengan membantu mama. Soalnya bapak sedang melaksanakan ibadah haji (Alhamdulillah, kembali dengan selamat di tanah air dengan kepala&kumis yang plontos, insya Allah mambrur boosss..!hehe..).

Desember 2010..masih dihiasi dengan aksi “turut meramaikan” ajang CPNS daerah. Saking maunya diriku merasakan suasanat tersebut, saya rela berjubel2..bepeluh keringat..berjauh-jauh (haha..lebay.com) ke Kabupaten Sidrap untuk mendaftar Berhubung Parepare belum membutuhkan Sarjana Psikologi, koowdoonng :(. Hari pengumuman pun tiba..jeng..jeng…TENTU SAJA, namaku juga tidak tercetak di Koran (entah mereka lupa ato memang namaku tidak pantas untuk ada di koran local.Hehe..defense bangeeet..!). Tapi..untung aja ga’ lulus…(ce’de’ na’ talloko di sidrap gang..!).

Masih Desember 2010..akhir tahun, Tien Asmara semakin bingung mau ngapain..! Mau dibawa kemana S.Psi ku..?

Tiit...tiit…sms masuk di BlackBerry-ku (yang saya baru tahu kalau itu hp china, sebulan setelah diberikan sama bapak.Ckckck…padahal senangku’ mi lagi mau BBM-an gang..!). Smsnya kurang lebih seperti ini “Bagi anda yang ingin menjadi Guru di Sekolah Guru Ekselensia Indonesia dengan syarat belum menikah, fresh graduate, dan siap ditempatkan di sekolah dampingan Dompet Dhuafa seluruh Indonesia dengan mengikuti pelatihan selama 2 bulan di Bogor. Gaji berkisar 2-4 juta per bulan. Wawancara tanggal 29 Desember 2010 di Klinik Etos Jln Perintis Kemerdekaan Makassar”. Awalnya sih, sms itu tidak mendapatkan perhatian yang lebih dariku. Tapi setelah sms&telpon2an dengan seorang akhwat (Syukran K’ Chypa..), akhirnya saya pun membulatkan tekad untuk mengikutinya (padahal besoknya ada jadwal Liqo’..Astagfirullah L).

Singkat cerita, saya sudah berada di Makassar (setelah ijin dengan mama & bapak serta murobbi untuk mengikuti wawancaranya). Rabu, 29 Desember 2010 saya diwawancarai oleh Mba’ Desty (salah seorang pendamping sekolah Dompet Dhuafa). Jam 14.30 WITA saya dan beberpaa teman lainnya mendapat kejutan besar. Kami dinyatakan lulus program tersebut dan harus siap mengikuti program pembinaan mereka selama 5 bulan (2 bulan training ditambah 3 bulan magang mengajar) dan berangkat hari Ahad 2 Januari 2011. Gedubraaak..!Duuuh…bingung! Antara senang dengan bimbang…apakah siap meninggalkan kampoeng halaman selama itu..?

Setelah menghubungi orang tua, berdiskusi banyak, menjelaskan panjang lebar (hingga mendapatkan keliling,hehe…) akhirnya mereka memberikan izin kepada saya untuk mengikuti program SGEI ini (Allahumma Yaa Rabb, sayangi mereka seperti mereka menyayangiku diwaktu kecil). Pamit dengan sahabat terdekat pun sudah kulakukan, dengan teman liqo’, adik2 FOREMIQ (aahh..sedih sekali rasanya!Saya selalu tidak suka dengan suasana perpisahan..).

Malam ini, di asrama SGEI Angkatan II Paviliun 4..tepat 1 bulan saya berada di Kota Hujan. Semua kenangan itu terbayang seperti video yang memutarkan jejak2 hidupku. Yah, sebagai pembelajar sejati sudah sepatutnya kita memetik ibroh dari semua hal yang telah terjadi, terkhusus pada diri sendiri.

Jujur teman-teman, saya tidak pernah membayangkan ternyata akan menjadi seorang guru (dan insya Allah akan mengajar di sekolah terpencil, & marginal di pelosok Indonesia). Satu hal yang saya ingat dengan pasti, dulu…saya pernah berazzam akan focus pada bidang Psikologi Pendidikan. Tapi focus saat itu masih terbatas dalam fungsi teknis seorang sarjana psikologi (tidak sampai pada fungsi guru untuk mengajar). Hmm, mungkin itu penyebab mengapa saya seperti orang tak punya tujuan dalam menjalani hidup. Ikut CPNS ini itu, daftar sana-sini (lumayan menghabiskan legalisir ijazahku^^v). Dan tidak lulus satupun dan dimana pun..!!

Allahu Akbar…! Sungguh, tidak ada nikmat-Mu yang bisa kudustakan..! Ternyata rencana-Mu jauh lebih indah dari apa yang kubayangkan (satu2nya hal yang kuyakini ketika kegagalan demi kegagalan menghampiriku after S.Psi kemarin). Ternyata Engkau mengembalikan niatku..azzamku yang saya sendiri nyaris melupakannya. Back to “Dunia Pendidikan”. Melalui SGEI ini, Engkau memberi begitu banyak BERKAH..membuka HATI dan PIKIRANku..membangkitkan kembali SEMANGAT ku..(puji syukurku.. pada-Mu).

Kembali Engkau memperlihatkan kuasa-Mu dihadapanku…bahwa Engkau selalu memberikan yang terbaik bagi setiap hambaMu. Satu bulan di SGEI Parung Bogor, jauh dari orang tua, adik-adik, keluarga, sahabat2 terdekat,…Namun ilmu-Mu sanggup mengobati rasa rindu ini kepada mereka semua. Sebulan di SGEI, begitu banyak cerita, tawa, dan tangis (rinduu&terharu)..dan baru mala mini diriku sanggup menuliskan ke Mahakuasaan-Mu..Laa Hawlawalaquwwata illah billah..!

Sahabat sekalian yang dirahmati Allah..

Semoga teman2 sekalian bisa mengambil makna dari kisah perjalananku hingga berada dalam barisan “Guru Cerdas & Kreatif” yang berkarakter pemimpin (Jargon SGEI II). Jangan pernah berputus asa pada setiap kegagalan yang engkau alami, karena selalu ada hal indah yang jauh lebih pantas untuk engkau dapatkan setelah itu. Do The best all the time..!Dimana pun..kapan pun..hanya untuk mencari ridho Allah SWT.

Parung Bogor, 2 Februari 2011..

Bersama 29 orang Pahlawan yang akan mencerdaskan anak bangsa..! Saksikanlah Yaa Rabbi..! Saya Tien Asmara, dengan segenap jiwa & ragaku..akan mengabdi untuk Pendidikan Indonesiaku. Indonesia..!Berhentilah menangis..! Masih ada kami, pemuda-pemudi SGEI II yang akan menjadikanmu sebagai bangsa yang bermartabat di hadapan bangsa lain. Tersenyumlah Indonesiaku…!Kami akan selalu ada untukmu..^^v

Special Thanks for.. My Sweet Heart Allah SWT & Rasulullah SAW..

Jazakallah khaer for All Cru Lembaga Pengembangan Insani (LPI) Dompet Dhuafa..Makmal’s Cru..SMART Ekselensia..Mba’ Eva “Pembina asrama akhwat”

Untuk 29 orang makhluk aneh bin ajaib, sosok luaaaaarrrrr biiiiaaasaaa…dari berbagai pulau di Indonesia: Pusriza “Puzz..puzz”, Aslam “ABK yang Kreatif”, Syafi’i “kabhi kushi kabhi gham..” (Medan); Anci “banguuun..!”, Viya “kecil-kecil Ngocoool”, Afah”Ade’ku Ipin”, Wanah “oppahku..”, Darma “lembut”, Syamsi “Menggelegarrr..!”, Tini “Ekspresii donk!”.. Mihran “bisa tonji..!”, Taufik “yang sudah tidak zuhud lagi,hehe..”,(Makassar); Vyta “teman b’obat jalanku..hehe^^v” (Jakarta blasteran Gorontalo Manado), Ninik “yang baek..” (Cirebon) , Hendro “suka lelet nan lembut” (Riau), Laela “teteh yg ayu..” (Sukabumi), Nika “jago gambar”(Bogor); Malsa “yg penakut”, Za “sayang suami”, Siska “kalem”,Vera “perempuang bangeet..!” Dencik “kurang suka dinilai” (Palembang); Dewi “cepat bicaranya” (Jogja), Kinur “suara imut” (Ngawi), Eko “selalu datang pagi” (Malang), Itan”nanya cerdas” (Bandung)..Sarmin “anak mami yg cerdas..!” (Jakarta)..Miftah “pak guuyuu bangeet” (Banjar), Kamal “suka kalasi tp bertanggung jawab” (Madura)…

Mahabesar Allah yang memberi saya kenikmatan yang tak habis untuk disyukuri..Bertemu dan mengenal orang-orang hebat seperti kalian semua ^^v. Terima kasih telah menghiasi hari-hariku..Barakallahi fiikum..

Paviliun 4, 01:00 “ 2 Februari 2011”

(satu bulan tepat Tien berada di SGEI)

Fabiayyi'ala irabbikuma tukazziban...

Fabiayyi'ala irabbikuma tukazziban...